Aksi Penusukan di Prancis, 1 Orang Tewas dan 3 Polisi Jadi Korban
Perancis kembali diguncang aksi kekerasan setelah seorang pria melakukan serangan pisau di Kota Mulhouse pada Sabtu malam, 22 Februari 2025. Peristiwa tragis ini menyebabkan satu orang tewas, sementara tiga anggota kepolisian mengalami luka-luka. Presiden Emmanuel Macron dengan tegas mengutuk insiden tersebut dan menyatakan bahwa serangan ini merupakan tindakan terorisme.
Menurut laporan Jaksa Nicolas Heitz, pelaku yang berusia 37 tahun berhasil diamankan setelah melakukan aksinya. Dari tiga polisi yang terluka, dua di antaranya mengalami cedera serius, dengan luka di bagian arteri karotis dan toraks.
“Tersangka sudah masuk dalam daftar pemantauan terorisme dan kini telah ditangkap oleh pihak berwenang,” ujar Heitz kepada AFP.
Tersangka Sudah Lama Masuk Daftar Deportasi
Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau mengungkapkan bahwa tersangka sebenarnya telah lama menjadi target pengusiran dari Perancis. Pemerintah berulang kali berusaha mengekstradisinya ke Aljazair, namun upaya tersebut terhalang karena pemerintah Aljazair menolak menerima kembali warganya.
Berdasarkan informasi dari unit kejaksaan antiteror nasional Perancis (PNAT), penyerangan ini terjadi ketika tersangka menyerang polisi kota sambil meneriakkan seruan tertentu. Beberapa saksi mata mengonfirmasi bahwa pelaku berulang kali meneriakkan kalimat tersebut selama aksinya berlangsung.
Selain menyerang aparat kepolisian, tersangka juga melukai seorang pria berusia 69 tahun asal Portugal, yang berusaha membantu menghentikan serangan. Korban mengalami luka parah dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Macron: Tidak Ada Tempat bagi Terorisme di Perancis
Menanggapi serangan ini, Presiden Emmanuel Macron menegaskan bahwa Perancis tidak akan memberi ruang bagi aksi terorisme.
“Serangan ini tidak bisa ditoleransi dan jelas merupakan aksi terorisme. Pemerintah akan terus berupaya sekuat tenaga untuk memerangi ancaman teror di tanah air kami,” kata Macron dalam pernyataannya.
Sebagai langkah konkret, Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau langsung bergerak menuju lokasi kejadian pada Sabtu malam untuk melakukan tinjauan langsung dan memberikan arahan kepada pihak kepolisian setempat.
Situasi di Mulhouse Pasca-Serangan
Setelah insiden terjadi, aparat kepolisian segera menutup area sekitar lokasi kejadian dan meningkatkan pengamanan di titik-titik strategis Kota Mulhouse. Serangan berlangsung menjelang pukul 16.00 waktu setempat, tepat saat berlangsungnya demonstrasi untuk mendukung Republik Demokratik Kongo di salah satu kawasan tersibuk di kota yang berpenduduk sekitar 110.000 jiwa.
Pihak berwenang juga mengerahkan unit militer ke lokasi untuk mengantisipasi potensi ancaman lanjutan. Sementara itu, tim forensik bekerja cepat untuk mengumpulkan bukti di tempat kejadian, termasuk menganalisis noda darah sebelum hujan turun yang bisa menghapus jejak penting.
Saat ini, penyelidikan terus berlanjut dengan fokus pada tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan yang terkait dengan aksi terorisme. PNAT memastikan bahwa tersangka akan diproses sesuai undang-undang antiterorisme yang berlaku di Perancis.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi TF1, Menteri Dalam Negeri Retailleau mengungkapkan bahwa pemerintah Perancis telah berulang kali mencoba mengusir tersangka hingga 10 kali, tetapi upaya tersebut selalu gagal karena hambatan hukum dan administratif.
Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus melakukan investigasi lebih lanjut terkait latar belakang pelaku, termasuk kemungkinan adanya kaitan dengan jaringan teroris internasional.