https://vodovodni-baterie.net

China di Ambang Krisis Demografis, TikTok Pertimbangkan Hengkang dari AS

Davos, Swiss – Bencana hidrometeorologi ekstrem dan hilangnya keanekaragaman hayati terus menjadi ancaman terbesar yang diprediksi akan berdampak signifikan selama dekade mendatang. Hal ini disampaikan dalam Global Risks Report 2025 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) pada 15 Januari. Laporan ini didasarkan pada survei yang melibatkan lebih dari 900 pakar risiko, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri di seluruh dunia.

Dalam dua tahun ke depan, misinformasi/disinformasi dan cuaca ekstrem masih menjadi ancaman utama. Menurut organisasi nirlaba Christian Aid, bencana cuaca ekstrem sepanjang 2024 telah menyebabkan kerugian ekonomi global lebih dari 200 miliar dolar AS.

Namun, risiko lingkungan tidak hanya berhenti pada cuaca ekstrem. Untuk jangka waktu sepuluh tahun, WEF menyoroti serangkaian ancaman lingkungan yang saling berhubungan, termasuk hilangnya keanekaragaman hayati, keruntuhan ekosistem, kekurangan sumber daya alam, serta perubahan sistemik pada ekosistem bumi.

Kurangnya Prioritas pada Risiko Lingkungan oleh Bisnis
Salah satu perhatian utama dalam laporan ini adalah kurangnya perhatian dunia usaha terhadap manajemen risiko lingkungan. Laporan WEF menyebut bahwa sebagian besar perusahaan besar lebih memprioritaskan persiapan untuk menghadapi gangguan rantai pasokan, kekurangan tenaga kerja, atau kerusakan infrastruktur dibandingkan perubahan iklim.

Mark Elsner, Kepala Global Risks Initiative WEF, menekankan pentingnya tindakan kolektif untuk menghadapi krisis yang saling terkait. “Mulai dari konflik hingga perubahan iklim, dunia menghadapi ancaman yang memerlukan kerja sama yang terkoordinasi. Jika tidak ada tindakan nyata, generasi mendatang akan menanggung konsekuensinya,” ujar Elsner.

Polusi: Ancaman yang Kian Mendominasi
Salah satu perubahan mencolok dalam laporan tahun ini adalah naiknya peringkat polusi sebagai risiko global. Jika dua tahun lalu polusi hanya menempati peringkat kesepuluh, kini ancaman ini melonjak ke posisi keenam. Dampak polusi terhadap kesehatan manusia dan ekosistem mulai lebih diakui, termasuk polusi udara, air, dan tanah yang terus meningkat.

Sekitar 27 persen pemimpin perusahaan yang disurvei WEF menyatakan perlunya strategi lebih baik untuk mengelola risiko polusi dalam rangka meningkatkan ketahanan bisnis di masa depan. Namun, laporan juga menemukan bahwa negara dan institusi publik memandang risiko polusi lebih serius dibandingkan sektor swasta.

Mencari Solusi untuk Masa Depan
Global Risks Report 2025 menyoroti urgensi untuk mengintegrasikan strategi lingkungan ke dalam perencanaan risiko jangka panjang. Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam, langkah-langkah kolektif untuk memitigasi risiko ini menjadi semakin penting.

“Dunia tidak dapat lagi menunda upaya dalam menangani krisis lingkungan yang terintegrasi,” tegas Elsner. Dengan perhatian yang meningkat terhadap ancaman lingkungan, laporan ini diharapkan mampu memotivasi pemimpin global untuk segera bertindak demi masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *