Kerugian Ekonomi Lebanon Akibat Perang Mencapai Rp 80 Triliun
Pada 16 November 2024, Bank Dunia mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi yang dialami Lebanon akibat perang dan ketidakstabilan politik yang berlangsung selama bertahun-tahun telah mencapai lebih dari USD 5,5 miliar, atau sekitar Rp 80 triliun. Bank Dunia menyebutkan bahwa kerugian ini mencakup sektor-sektor utama seperti infrastruktur, energi, kesehatan, serta sektor sosial yang terganggu akibat konflik yang berlangsung lama di negara tersebut. Analisis ini menunjukkan dampak jangka panjang dari perang terhadap perekonomian Lebanon yang kesulitan pulih sejak tahun 2019.
Beberapa sektor yang paling parah terdampak adalah sektor konstruksi dan infrastruktur, yang mengalami penurunan drastis. Infrastruktur yang rusak dan terbengkalai, termasuk jalan raya, rumah sakit, dan jembatan, menyebabkan stagnasi besar dalam pembangunan ekonomi. Selain itu, sektor energi juga menghadapi masalah besar, dengan pemadaman listrik yang semakin parah dan ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Bank Dunia memperkirakan bahwa kerusakan di sektor ini akan membutuhkan biaya yang sangat besar untuk pemulihan.
Lebanon yang sedang berjuang mengatasi krisis ekonomi dan kemanusiaan berharap dapat menerima lebih banyak bantuan internasional. Meskipun sejumlah negara dan lembaga internasional telah memberikan bantuan, terutama untuk pengungsi dan rekonstruksi infrastruktur, namun tantangan politik dan keuangan internal Lebanon membuat proses pemulihan berjalan lambat. Pemerintah Lebanon sendiri, yang masih dilanda ketidakstabilan, berusaha mengajukan rencana pemulihan jangka panjang agar ekonomi dapat pulih lebih cepat, meski tetap menghadapi banyak hambatan.
Perang dan krisis yang berkepanjangan di Lebanon tidak hanya mempengaruhi sektor ekonomi, tetapi juga berdampak besar pada kehidupan sosial masyarakat. Banyak warga Lebanon yang terpaksa hidup dalam kemiskinan, dengan angka pengangguran yang melonjak tajam dan sistem pendidikan serta kesehatan yang semakin terbengkalai. Bank Dunia mencatat bahwa lebih dari 80% penduduk Lebanon kini hidup di bawah garis kemiskinan, sebuah kondisi yang sangat mengkhawatirkan mengingat sebelumnya negara ini dikenal sebagai salah satu ekonomi yang cukup maju di kawasan Timur Tengah.
Bank Dunia menekankan pentingnya reformasi struktural yang mendalam di Lebanon untuk memastikan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Selain perbaikan infrastruktur, reformasi di bidang perbankan, hukum, dan administrasi publik sangat diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan internasional terhadap perekonomian Lebanon. Tanpa adanya langkah-langkah ini, Lebanon mungkin akan terus bergumul dengan krisis ekonomi yang mendalam, yang berdampak pada masa depan generasi berikutnya.