https://vodovodni-baterie.net

Krisis Harga Telur! Warga Amerika Kini Beli Ayam Hidup

Harga telur di Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan tajam akibat wabah flu burung yang melanda industri unggas. Kondisi ini memicu banyak warga untuk mencari alternatif dengan mulai beternak ayam sendiri demi memastikan pasokan telur tetap tersedia di rumah mereka.

Menurut data dari Departemen Pertanian AS, lebih dari 21 juta ayam petelur dimusnahkan sepanjang tahun 2024 akibat wabah ini. Sebelumnya, pada Desember 2023, sekitar 13,2 juta ayam petelur juga dimusnahkan, sehingga pasokan telur semakin terbatas dan harganya melambung tinggi di pasaran.

Harga Telur Melonjak, Masyarakat Mulai Panik

Keterbatasan pasokan menyebabkan harga telur meroket. Di beberapa supermarket, harga telur premium kini mencapai 10 dolar AS per lusin (sekitar Rp 156.000). Bahkan telur biasa pun harganya naik dua kali lipat dari harga normal, yang biasanya hanya sekitar 2-3 dolar AS per lusin (sekitar Rp 32.700-49.000).

Tak hanya itu, beberapa ritel besar seperti Trader Joe’s dan Costco mulai membatasi pembelian telur per rumah tangga untuk menghindari kelangkaan lebih lanjut. Kenaikan harga ini juga berdampak pada bisnis kuliner. Contohnya, restoran Waffle House mulai menerapkan biaya tambahan 50 sen per telur dalam setiap menu mereka. Bahkan, sebuah restoran di Seattle baru-baru ini melaporkan pencurian 500 butir telur dari gudangnya, menunjukkan betapa berharganya komoditas ini saat ini.

Warga Beralih Memelihara Ayam di Rumah

Di tengah krisis telur, banyak warga AS yang sebelumnya tidak pernah beternak ayam kini mulai membeli ayam sendiri sebagai solusi jangka panjang.

Salah satu contohnya adalah Arturo Becerra, warga Houston, Texas, yang memutuskan untuk membeli sepuluh ekor ayam seharga 400 dolar AS (sekitar Rp 6,5 juta) serta pakan bulanan senilai 20 dolar AS (sekitar Rp 327.000). Ia bahkan berencana menambah sepuluh ekor ayam lagi dalam waktu dekat.

“Saya memiliki keluarga besar, jadi ini cara terbaik untuk menghemat pengeluaran dalam jangka panjang,” ujar pria berusia 57 tahun tersebut.

Hal serupa juga dilakukan oleh Billy Underhill, seorang pemilik perusahaan konstruksi yang sudah lama memelihara ayam. Ia menambah dua ekor ayam baru untuk memastikan keluarganya tetap memiliki pasokan telur yang stabil.

“Saya rutin menambah ayam karena beberapa bisa mati atau berhenti bertelur. Ini cara saya mengamankan pasokan telur untuk keluarga,” katanya.

Wabah Flu Burung Masih Mengancam

Wabah flu burung tidak hanya berdampak pada harga telur, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan peternak. Sejak awal 2024, tercatat 68 kasus flu burung pada manusia, dengan satu di antaranya berujung kematian.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menegaskan bahwa risiko penyebaran ke masyarakat umum masih rendah, namun mereka tetap mengimbau warga untuk mengikuti pedoman keselamatan saat memelihara unggas.

Kapan Pasokan Telur Kembali Normal?

John Berry, seorang peternak dari Houston, Texas, memperkirakan bahwa pemulihan industri unggas akan memakan waktu beberapa bulan sebelum harga telur kembali stabil.

“Butuh setidaknya dua hingga tiga bulan, atau mungkin lebih lama, sebelum pasokan kembali normal. Masyarakat sebaiknya menyetok telur saat masih tersedia,” ujarnya.

Dengan krisis ini, tren beternak ayam sendiri kemungkinan akan terus meningkat. Warga kini mulai menyadari bahwa memiliki ayam petelur di rumah bisa menjadi solusi yang lebih ekonomis dan praktis dalam menghadapi lonjakan harga pangan.

Bagaimana menurut kalian? Apakah solusi beternak ayam sendiri bisa menjadi tren jangka panjang?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *