KTT Arab Saudi: Rencana Trump Terkait Gaza Jadi Topik Utama
Arab Saudi dijadwalkan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) empat negara Arab pada 20 Februari 2025 mendatang. Pertemuan ini akan membahas isu krusial terkait usulan kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang berencana mengambil alih Gaza dan merelokasi penduduknya ke negara lain.
Menurut laporan yang dikutip dari AFP, seorang sumber yang mengetahui persiapan pertemuan ini menyebut bahwa pemimpin Mesir, Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA) dipastikan akan hadir. Selain itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga dikabarkan akan turut serta dalam diskusi penting ini.
KTT ini akan menjadi langkah awal sebelum pertemuan besar Liga Arab di Kairo yang akan digelar seminggu kemudian dengan agenda utama membahas masalah Gaza.
Gagasan Trump Tuai Kecaman Global
Rencana Trump untuk memindahkan lebih dari dua juta warga Palestina dari Gaza langsung menuai kritik tajam dari berbagai negara. Ide ini pertama kali diungkapkannya saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam kunjungannya ke Gedung Putih.
Dalam pernyataannya, Trump menyebut Mesir dan Yordania sebagai dua negara yang berpotensi menjadi tempat relokasi pengungsi Gaza. Namun, gagasan ini ditentang keras oleh komunitas internasional, termasuk oleh negara-negara Arab yang jarang terlihat begitu kompak dalam menolak usulan AS.
Bagi rakyat Palestina, gagasan pemindahan paksa ini membangkitkan trauma sejarah Nakba, peristiwa tragis pada tahun 1948 ketika ratusan ribu warga Palestina diusir dari tanah mereka saat berdirinya negara Israel.
AS Tekan Yordania dan Mesir
Meski mendapat penolakan luas, Trump dikabarkan tetap bersikeras dengan rencananya. Bahkan, ia mengancam akan menghentikan bantuan keuangan kepada Yordania dan Mesir jika mereka tidak menyetujui usulan tersebut.
Sebagai informasi, Yordania saat ini sudah menampung lebih dari dua juta pengungsi Palestina dan lebih dari separuh populasinya yang mencapai 11 juta jiwa merupakan keturunan Palestina. Sementara itu, Mesir telah mengajukan proposal alternatif yang fokus pada rekonstruksi Gaza tanpa harus merelokasi penduduknya.
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengakui bahwa rencana Trump belum mendapat dukungan luas. Namun, ia menyatakan bahwa hingga saat ini, belum ada solusi lain yang diusulkan selain gagasan tersebut.
“Saat ini satu-satunya rencana yang ada adalah rencana Trump, meskipun banyak yang menolaknya,” ujar Rubio.
Dengan berbagai tekanan yang terjadi, pertemuan di Arab Saudi ini menjadi krusial dalam menentukan masa depan Gaza. Akankah negara-negara Arab berhasil menggagalkan rencana Trump, atau justru akan lahir alternatif baru dalam upaya penyelesaian krisis ini? Jawabannya akan terungkap dalam KTT mendatang.