Mencapai Perbatasan Sebelum Trump Menjabat: Kisah Migran yang Tak Punya Pilihan
Altagracia, seorang perempuan asal Honduras, memulai perjalanan panjang dan penuh risiko menuju perbatasan AS-Meksiko. Langkah ini ia tempuh dengan dua tujuan utama: mencari perlindungan di Amerika Serikat dan bertemu kembali dengan anak-anaknya yang lebih dulu tinggal di sana. Namun, harapannya kini menghadapi tantangan besar setelah kemenangan Donald Trump dalam Pemilu 2024, membawa janji kampanye untuk memperketat kebijakan imigrasi.
Perjalanan selama tiga bulan yang telah membawa Altagracia hingga ke tempat penampungan di Oaxaca, Meksiko, kini diselimuti kecemasan. Bersama kelompok migran lainnya, ia mendengar kabar tentang rencana Trump untuk menutup perbatasan dan meluncurkan deportasi massal pada awal masa jabatannya. “Kami diberitahu bahwa setelah Trump dilantik, kami tidak akan diizinkan masuk,” ucap Altagracia dengan nada sedih. Kekhawatiran ini juga dirasakan banyak migran lain yang menghadapi ketidakpastian serupa.
Meninggalkan Ancaman demi Masa Depan
Keputusan Altagracia meninggalkan Honduras bukanlah pilihan yang mudah. Pada Oktober lalu, ia melarikan diri dari Siguatepeque setelah keluarganya menjadi korban kekerasan geng. Ancaman pembunuhan terus menghantuinya, memaksanya mencari perlindungan di luar negeri. “Kami dirampok kartel. Kini, kami bahkan tak punya uang untuk makan, hanya bisa bergantung pada kebaikan orang-orang dan bantuan dari penampungan,” ungkapnya.
Sementara itu, banyak migran lain berbagi cerita serupa. Seorang migran asal Venezuela menyebut ancaman Trump untuk menutup perbatasan membuatnya cemas. “Tapi tinggal di negara saya jauh lebih berbahaya,” katanya. Seorang migran asal Kuba berharap AS tetap membuka peluang bagi mereka yang bisa memberikan kontribusi positif.
Harapan di Tengah Kekhawatiran
Meskipun situasi semakin sulit, beberapa migran tetap memiliki harapan. Adriana Robles, migran asal Venezuela berusia 26 tahun, yakin informasi tentang kebijakan Trump seringkali dilebih-lebihkan. “Saya percaya pada Tuhan. Saya yakin Trump dapat membuat keputusan yang bijak,” ujarnya.
Menurut statistik dari Patroli Bea Cukai dan Perbatasan AS (CBP), migrasi di perbatasan AS-Meksiko menurun pada 2024. Meski begitu, para ahli percaya bahwa kebijakan Trump mungkin hanya menunda migrasi, bukan menghentikannya. “Ancaman di negara asal mendorong mereka untuk terus maju,” kata Profesor Guadalupe Correa-Cabrera dari Universitas George Mason.
Perjalanan Altagracia mencerminkan perjuangan banyak migran yang menghadapi ketidakpastian. Di tengah ancaman kebijakan baru, mereka tetap menggenggam harapan untuk kehidupan yang lebih baik di Amerika Serikat, meskipun jalan menuju ke sana dipenuhi rintangan yang berat.