Negara Afrika Ini Beralih ke Standar Emas: Alasan dan Dampaknya bagi Ekonomi
Salah satu negara di Afrika, Zimbabwe, baru saja memperkenalkan mata uang baru berbasis emas yang menarik perhatian dunia. Mata uang ini, dikenal sebagai ZiG atau emas Zimbabwe, mulai berlaku efektif sejak 5 April.
Dengan peluncuran ZiG, bank-bank di Zimbabwe telah mengkonversi mata uang lama, dolar Zimbabwe, ke mata uang baru ini. Langkah ini diambil pemerintah untuk mengatasi ketidakstabilan mata uang dan mengendalikan hiperinflasi yang telah lama menjadi masalah di negara tersebut.
Menurut pernyataan resmi dari bank sentral Zimbabwe yang dirilis pada bulan Mei, “Zimbabwe sedang mengatur ulang kebijakan moneter untuk memperkuat stabilitas harga dan nilai tukar, serta meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang lokal.”
Para ekonom menilai, stabilitas mata uang sangat diperlukan untuk mengembalikan ekonomi Zimbabwe ke jalur yang benar. Bank Dunia melaporkan bahwa negara ini masih menghadapi tantangan ekonomi yang besar akibat ketidakstabilan moneter dan nilai tukar yang lemah.
Zimbabwe telah lama bergulat dengan inflasi yang ekstrem, yang pada beberapa kesempatan bahkan mencapai lebih dari 500 persen. Pada bulan Maret lalu, inflasi tahunan tercatat sebesar 55,3 persen, yang merupakan level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Menanggapi situasi ini, Bank Sentral Zimbabwe menyebut bahwa fluktuasi nilai tukar telah menjadi faktor utama di balik kenaikan inflasi tersebut. Bank juga menekankan pentingnya kebijakan yang fokus untuk mengembalikan stabilitas ekonomi dan meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang lokal.
Pada tahun 2008, Zimbabwe mengalami hiperinflasi yang sangat parah, menyebabkan dolar Zimbabwe kehilangan nilai secara drastis. Akibatnya, pada tahun 2009, negara ini beralih menggunakan dolar Amerika Serikat dan beberapa mata uang asing lainnya untuk mendukung transaksi ekonomi domestik.