Peneliti Prediksi Korea Selatan Terkena Dampak Paling Parah Dari Perubahan Iklim
Pada 2 Desember 2024, sebuah laporan ilmiah terbaru mengungkapkan bahwa Korea Selatan diprediksi akan menjadi negara yang paling terdampak oleh perubahan iklim global dan dapat menjadi negara pertama yang “hilang” dalam arti tertentu dari peta dunia. Laporan tersebut, yang disusun oleh tim peneliti internasional, mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi yang mengancam masa depan negara tersebut. Salah satu faktor utama adalah perubahan iklim yang memperburuk bencana alam, menciptakan ketegangan sosial, dan mengancam ketahanan ekonomi negara tersebut.
Korea Selatan sudah merasakan dampak signifikan dari perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir, dengan cuaca ekstrem, banjir, dan badai yang semakin sering terjadi. Banjir besar yang melanda Seoul pada tahun 2023 dan gelombang panas yang memecahkan rekor suhu adalah contoh nyata dari ancaman perubahan iklim yang semakin memburuk. Menurut para ahli, perubahan cuaca ini tidak hanya berpotensi menghancurkan infrastruktur negara, tetapi juga mengganggu sistem pertanian dan kelautan yang sangat bergantung pada kondisi iklim yang stabil. Korea Selatan, yang memiliki populasi padat dan bergantung pada ekspor, juga akan menghadapi ancaman terhadap pasokan pangan dan energi.
Selain perubahan iklim, Korea Selatan juga menghadapi ancaman serius terkait penurunan sumber daya alam, terutama air. Krisis air yang semakin parah dapat memengaruhi produksi industri dan kualitas hidup penduduk, sementara ketergantungan negara ini pada impor bahan baku energi menjadikannya rentan terhadap fluktuasi harga energi global. Di sisi lain, ketegangan sosial dan politik juga semakin meningkat, dengan pertentangan antara generasi muda dan tua terkait dengan kebijakan lingkungan serta pengelolaan sumber daya alam yang semakin terbatas. Kombinasi antara ancaman ekologis dan ketegangan sosial ini menjadikan masa depan Korea Selatan semakin tak menentu.
Dengan prediksi bahwa Korea Selatan akan menghadapi kerugian besar dalam aspek lingkungan dan sosial, ada kemungkinan besar bahwa sebagian besar populasi kota-kota besar seperti Seoul dan Busan akan terpaksa pindah ke negara-negara yang lebih aman dari bencana alam. Isu pemindahan massal ini semakin mengemuka karena semakin banyak warga yang khawatir akan kehidupan mereka di masa depan. Terlebih lagi, banyak negara tetangga di Asia yang juga menghadapi tantangan serupa terkait perubahan iklim, yang bisa mempersulit usaha Korea Selatan dalam mencari tempat aman bagi pengungsi internalnya.
Para ilmuwan dan aktivis iklim mendesak pemerintah Korea Selatan untuk segera mengambil langkah-langkah drastis untuk memitigasi perubahan iklim dan membangun ketahanan lingkungan. Tindakan tersebut termasuk pengurangan emisi karbon secara signifikan, pembangunan infrastruktur ramah iklim, dan perbaikan sistem pertahanan bencana alam. Selain itu, kebijakan pro-lingkungan yang lebih ketat dan investasi dalam teknologi hijau menjadi sangat penting untuk memitigasi dampak yang lebih parah di masa depan. Jika tidak ada perubahan yang cepat, Korea Selatan bisa menjadi negara pertama yang benar-benar terperangkap oleh krisis iklim.
Prediksi yang menyebutkan Korea Selatan sebagai negara yang paling terancam “hilang” dalam konteks dampak perubahan iklim memberikan peringatan keras bagi dunia. Meskipun laporan ini berfokus pada kondisi yang dihadapi Korea Selatan, itu juga merupakan cerminan dari ancaman global yang bisa memengaruhi negara lain di masa depan. Dalam menghadapi ancaman yang semakin nyata ini, Korea Selatan harus segera merancang strategi mitigasi yang komprehensif untuk melindungi warganya dan mencegah keruntuhan yang lebih besar. Dunia juga harus menanggapi dengan serius peringatan ini agar tidak ada negara yang terlambat dalam merespons perubahan iklim yang tak terhindarkan.