Protes Meningkat atas Rencana Pembangunan Kedutaan Besar China Baru di London
Para pengunjuk rasa mengungkapkan kekhawatiran bahwa gedung Kedutaan Besar China yang baru dapat digunakan untuk menangkap para pembangkang Hong Kong dan mengirim mereka kembali ke China.
Ratusan demonstran melakukan aksi pada Sabtu (8/2) di lokasi yang direncanakan sebagai kedutaan China yang baru, yang menjadi sorotan karena isu hak asasi manusia dan aspek keamanannya.
Sebelumnya, seorang anggota parlemen menyatakan bahwa jika disetujui pemerintah Inggris, bangunan tersebut akan menjadi “Kedutaan Besar China terbesar di Eropa.”
Iona Boswell, seorang pekerja sosial berusia 40 tahun yang turut berunjuk rasa, mengatakan kepada AFP bahwa “kedutaan besar yang megah ini tidak diperlukan.” Ia merasa gedung baru tersebut akan menjadi alat untuk “menekan para pembangkang.”
China telah lama berencana memindahkan kedutaannya, yang saat ini berada di distrik Marylebone yang bergengsi di London, ke sebuah tempat yang lebih luas dan bersejarah, di bawah bayang-bayang Menara London.
Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, sebelumnya terlibat dalam pembicaraan terkait proyek tersebut.
Tindakan ini menimbulkan penolakan keras dari masyarakat sekitar, kelompok-kelompok hak asasi manusia, dan mereka yang kritis terhadap Partai Komunis China.
“Ini bukan hanya tentang lokasi Kedutaan Besar China, tetapi juga masa depan kebebasan kita,” ujar anggota parlemen dari Partai Konservatif, Tom Tugendhat, kepada AFP saat aksi protes. Tugendhat menambahkan bahwa warga Inggris sudah menjadi sasaran ancaman dari agen-agen China.
Menurut mantan menteri keamanan tersebut, kedutaan baru itu dapat menjadi ancaman bagi negara-negara Barat, dengan potensi peningkatan aktivitas mata-mata ekonomi dan pembungkaman terhadap mereka yang menentang Partai Komunis China di Inggris.
Bangunan yang dulunya adalah kantor Royal Mint, pembuat koin resmi Inggris, dan sebelumnya merupakan biara Cistercian yang dibangun pada tahun 1348, kini terbengkalai. Beijing membeli properti ini seharga $327 juta pada tahun 2018.
“Bangunan baru ini akan berfungsi seperti markas besar yang bisa digunakan untuk menangkap orang-orang dari Hong Kong yang ada di Inggris dan mengirim mereka kembali ke China,” kata salah satu pengunjuk rasa yang mengenakan pakaian hitam dan masker menutupi wajahnya. Dia menyebut dirinya “Zero,” seorang anggota kelompok “Hongkongers in Leeds” (Orang Hong Kong di Leeds).
Protes ini berlangsung bersamaan dengan upaya Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang terpilih pada Juli lalu, untuk memperbaiki hubungan dengan Beijing, yang sebelumnya tegang karena masalah hak asasi manusia di Hong Kong.
Pada bulan November, Starmer bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di konferensi G20 di Brazil, menjadikannya sebagai Perdana Menteri Inggris pertama yang bertemu dengan Xi sejak 2018.
Saat ini, seorang inspektur perencanaan nasional tengah menyelidiki proyek ini, meski Menteri Masyarakat, Angela Rayner, akan mengambil keputusan akhir.
Mereka yang menentang proyek ini khawatir bahwa fokus pemerintah Partai Buruh pada pertumbuhan ekonomi dan hubungan dengan China bisa mengalahkan faktor-faktor lain yang lebih penting.