Aliansi Menguat! Korea Utara Kirim Ribuan Pasukan ke Rusia
Badan Intelijen Korea Selatan baru-baru ini mengungkap bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan militernya ke Rusia untuk ditempatkan di garis depan pertempuran di Kursk. Laporan yang diperoleh AFP pada Kamis (27/2/2025) menyebutkan bahwa lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan sejak tahun lalu untuk membantu Rusia menghadapi serangan Ukraina di perbatasan.
Sebelumnya, pemerintah Seoul sempat melaporkan bahwa pasukan Korea Utara yang sebelumnya terlibat dalam pertempuran di Kursk telah ditarik sejak pertengahan Januari 2025. Namun, pihak Ukraina mengklaim bahwa mundurnya pasukan tersebut disebabkan oleh tingginya jumlah korban yang mereka alami selama pertempuran berlangsung.
Pasukan Korea Utara Kembali Dikerahkan ke Medan Tempur
Meski sempat dikabarkan mundur, kini pasukan Korea Utara dilaporkan kembali ditugaskan di garis depan pertempuran. Bahkan, terdapat kemungkinan bahwa Korea Utara akan mengirim lebih banyak pasukan untuk memperkuat barisan pertahanan Rusia.
“Skala pastinya masih dalam proses analisis,” ujar seorang pejabat dari Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, yang tidak disebutkan namanya.
Hingga saat ini, baik Rusia maupun Korea Utara belum memberikan pernyataan resmi terkait keterlibatan pasukan Korea Utara di medan perang Ukraina. Namun, hubungan antara kedua negara semakin erat sejak mereka menandatangani perjanjian pertahanan bersama pada tahun lalu, yang bertepatan dengan kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Pyongyang.
Kedekatan Rusia-Korea Utara dan Dampaknya pada Konflik Ukraina
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, hubungan antara Moskow dan Pyongyang semakin menguat di berbagai bidang, mulai dari politik, militer, hingga budaya.
Dalam sebuah surat yang dikirim kepada Putin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan dukungannya terhadap Rusia dalam konflik yang sedang berlangsung. Ia bahkan menyatakan bahwa tahun 2025 akan menjadi titik balik bagi Rusia dalam memenangkan perang melawan apa yang ia sebut sebagai “neo-Nazisme”.
Selain itu, laporan media pemerintah Korea Utara mengungkap bahwa Kim Jong Un baru-baru ini mengunjungi akademi militer negaranya. Dalam kesempatan tersebut, ia mendorong pasukannya untuk mempelajari strategi perang modern, terutama dari pengalaman nyata di medan pertempuran.
Keberadaan tentara Korea Utara di wilayah konflik ini semakin memperumit situasi geopolitik, terutama dengan munculnya dugaan bahwa Korea Utara tidak hanya mengirim pasukan tempur, tetapi juga memasok senjata, amunisi, serta peralatan militer kepada Rusia. Keterlibatan ini berpotensi memicu reaksi dari negara-negara Barat, yang sebelumnya telah memperingatkan akan adanya sanksi tambahan bagi pihak-pihak yang mendukung Rusia dalam perang Ukraina.